Jabal Rahmah, Titik Puncak Doa di Hari Arafah

Jabal rahmah

Sebuah Bukit di Taman Surga Dunia

Di tengah hamparan Padang Arafah yang luas, berdiri tegak sebuah bukit batu kecil yang sederhana namun penuh makna, dikenal sebagai Jabal Rahmah (جبل الرحمة), yang secara harfiah berarti “Bukit Kasih Sayang”.

Bukit ini adalah salah satu titik paling penting dalam rangkaian ibadah Haji, terutama pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah), ketika jutaan jemaah berkumpul untuk melaksanakan rukun haji terbesar, yaitu Wukuf.

Jabal Rahmah bukan hanya ikon geografis, tetapi juga saksi bisu dua peristiwa penting dalam sejarah manusia dan Islam, menjadikannya salah satu tempat terbaik untuk memohon rahmat dan ampunan Allah ﷻ.

Sejarah Jabal Rahmah: Saksi Dua Peristiwa Agung

Nama “Bukit Kasih Sayang” bukan tanpa alasan. Keutamaan dan kedudukannya terkait erat dengan sejarah para nabi dan manusia pertama:

1. Titik Pertemuan Adam dan Hawa

Menurut banyak riwayat sejarah Islam, Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat di mana Nabi Adam a.s. dan Hawa dipertemukan kembali setelah terpisah selama ratusan tahun pasca-diturunkan dari surga ke bumi. Pertemuan ini penuh haru dan menandai awal dari kasih sayang (rahmah) yang mereka bangun kembali, serta menjadi awal peradaban manusia. Inilah makna terdalam dari sebutan “Bukit Kasih Sayang.”

2. Tempat Khutbah Perpisahan Nabi Muhammad ﷺ

Jabal Rahmah adalah tempat di mana Rasulullah Muhammad ﷺ berdiri dan menyampaikan Khutbah Wada’ (Khutbah Perpisahan) pada Hari Arafah. Khutbah ini adalah salah satu dokumen paling penting dalam sejarah Islam, yang memuat ringkasan ajaran Islam tentang kesetaraan, hak asasi manusia, dan meninggalkan riba. Keberadaan beliau di bukit ini pada momen tersebut mengukuhkan kedudukan Jabal Rahmah sebagai tempat suci yang sarat dengan pengajaran kenabian.

Puncak Doa di Hari Arafah

Meskipun Jabal Rahmah adalah tempat yang penting, perlu dipahami bahwa mendaki bukit ini bukanlah rukun atau kewajiban haji. Rukun haji yang utama adalah Wukuf di Padang Arafah secara keseluruhan.

Namun, Jabal Rahmah memiliki kedudukan spiritual yang luar biasa pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah):

Rukun Terbesar: Wukuf di Arafah

Rasulullah ﷺ bersabda, “Haji itu adalah Arafah.” (HR. Tirmidzi).

Wukuf (berhenti atau berdiam diri) di Arafah, dari tergelincirnya matahari hingga terbit fajar keesokan harinya, adalah rukun terbesar Haji. Seluruh wilayah Arafah adalah tempat wukuf, dan Jabal Rahmah hanyalah salah satu bagiannya.

Titik Puncak Doa

Sebagian jemaah memilih mendekati atau berdiri di sekitar Jabal Rahmah saat wukuf karena meyakini keutamaannya, meneladani posisi Rasulullah ﷺ saat menyampaikan khutbah.

Doa Terbaik di Hari Arafah: Rasulullah ﷺ bersabda: “Doa yang paling baik adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi).

Oleh karena itu, bukit ini melambangkan titik di mana harapan, tobat, dan permohonan rahmat (kasih sayang) Ilahi mencapai puncaknya.

Ziarah dan Etika yang Tepat

Ketika berziarah di luar musim haji atau saat berada di Arafah, jemaah perlu memperhatikan etika yang benar:

1. Tidak Ada Ibadah Khusus

Tidak ada dalil yang sahih mengenai kewajiban salat atau ritual tertentu yang hanya dilakukan di Jabal Rahmah. Para jemaah disarankan untuk memperbanyak doa dan zikir di mana pun mereka berada di area Arafah.

2. Menjauhi Praktik Syirik

Di puncak Jabal Rahmah terdapat sebuah monumen tugu putih. Penting untuk diingat bahwa mengusap-usap tugu, menulis nama, atau mengikatkan benda di bukit ini adalah praktik yang tidak diajarkan dalam Islam dan dapat menjurus pada bid’ah atau syirik.

Fokus utama ziarah harus selalu pada doa, dzikir, dan merenungkan kebesaran Allah, bukan pada benda fisik.

Mencari Rahmah Ilahi

Bukit Kasih Sayang adalah pengingat visual akan rahmat Allah ﷻ yang luas, yang mempertemukan Adam dan Hawa, serta melahirkan ajaran agung Rasulullah ﷺ.

Bagi setiap Muslim, ziarah ke gunung kasih sayang ini, terutama saat Hari Arafah, harus menjadi momen instrospeksi diri dan titik puncak harapan. Bukan hanya tentang bukitnya, tetapi tentang memohon “Rahmah” (Kasih Sayang) Allah agar dosa-dosa terampuni, sebagaimana Allah memberikan rahmat-Nya kepada para nabi dan seluruh umat manusia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *