
Kisah Ashabul Kahfi (Para Pemuda Penghuni Gua) adalah narasi abadi yang diabadikan secara rinci dalam Al-Qur’an, khususnya Surah Al-Kahfi ayat 9 hingga 26. Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan pelajaran mendalam tentang tauhid (keesaan Allah), keberanian mempertahankan akidah (keyakinan), dan bukti nyata kekuasaan Allah atas waktu dan kematian.
Memahami kisah ini langsung dari sumber utamanya Al-Qur’an memberikan wawasan yang autentik dan menjauhkannya dari mitos atau distorsi.
1. Latar Belakang dan Awal Kisah (Ayat 9-14)
Ayat-ayat awal ini memperkenalkan kita pada para pemuda dan motivasi di balik hijrah mereka.
A. Bukti Kekuasaan Allah (Ayat 9-10)
Allah memulai dengan menegaskan bahwa kisah gua dan ar-Raqim (pelat batu bertulis yang dipasang di mulut gua) adalah salah satu tanda kebesaran-Nya yang menakjubkan.
Tafsir utama menjelaskan bahwa Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang hidup di tengah masyarakat musyrik di bawah kekuasaan raja zalim (umumnya diidentifikasi sebagai Raja Diqyanus/Decius). Mereka melihat kebatilan di sekeliling mereka.
Doa mereka saat berlindung di gua menjadi inti motivasi mereka:
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَاْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
(Ingatlah) ketika kamu mengasingkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah ke gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan bagimu sesuatu yang berguna dalam urusanmu. (QS. Al-Kahfi: 16)
B. Pengakuan dan Tekad Iman (Ayat 13-14)
Ayat ini menyoroti keberanian para pemuda. Mereka adalah kaum bangsawan atau tokoh masyarakat yang menolak ajaran syirik dan berani berterus terang di hadapan raja zalim.
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًى
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka (Ashabul Kahfi) dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahi mereka dengan petunjuk. (QS. Al-Kahfi: 13)
2. Mukjizat Tidur Panjang di Dalam Gua (Ayat 15-18)
Bagian ini membahas mukjizat terbesar dalam kisah ini: tidur panjang selama 309 tahun.
A. Perlindungan Ilahi (Ayat 17)
Allah menjelaskan bagaimana Dia menjaga mereka dari kerusakan.
- Posisi Matahari: Allah membuat matahari terbit cenderung ke kanan gua (tazāwaru) dan terbenam cenderung ke kiri gua (taqriḍuhum). Artinya, sinar matahari tidak pernah menyentuh atau membakar tubuh mereka, menjaga kesegaran raga mereka.
- Posisi Tubuh: Mereka dibolak-balikkan ke kanan dan ke kiri (nuqallibu-hum ذات اليمين وذات الشمال) secara berkala. Menurut Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Jalalain, gerakan ini bertujuan agar tubuh mereka tidak dimakan tanah atau rusak karena berbaring terlalu lama pada satu sisi, menunjukkan penjagaan fisik yang sempurna.
B. Penampakan yang Mengerikan (Ayat 18)
Ayat ini menjelaskan kondisi mereka saat tidur.
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌۖ وَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِۖ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
…Kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur. Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua lengannya di ambang pintu. Jika kamu melihat mereka, tentu kamu akan lari tunggang langgang dari mereka, dan benar-benar akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka. (QS. Al-Kahfi: 18)
Penampilan mereka yang seperti bangun namun tidur, ditambah kehadiran anjing mereka Qithmir yang setia menjaga, menciptakan aura keagungan dan ketakutan yang melindungi mereka dari gangguan manusia.
3. Kebangkitan dan Misteri Waktu (Ayat 19-22)
Setelah tidur panjang, Allah membangunkan mereka. Perbincangan mereka mengenai waktu tidur menjadi titik balik kisah ini.
A. Kebingungan Waktu (Ayat 19)
Saat terbangun, pertanyaan pertama mereka adalah tentang durasi tidur: “Berapa lama kamu tinggal (di sini)?” Jawaban mereka berkisar antara sehari atau setengah hari.
Tafsir Ath-Thabari menjelaskan bahwa kebingungan ini adalah cara Allah menunjukkan bahwa ilmu manusia sangat terbatas di hadapan kekuasaan-Nya. Mereka tidur selama 309 tahun qamariyah (berdasarkan ayat 25) tanpa menyadarinya.
B. Ancaman dan Kewaspadaan (Ayat 20)
Para pemuda segera menyadari bahaya yang mengancam jika keberadaan mereka diketahui. Perintah mereka untuk membeli makanan dengan hati-hati menunjukkan prioritas mereka: menjaga iman dan diri agar tidak kembali terjerumus pada kekafiran.
C. Pertentangan dan Pengajaran (Ayat 21-22)
Ketika Ashabul Kahfi ditemukan, masyarakat dan raja yang baru (seorang Muslim) menjadikan kisah mereka sebagai bukti kebangkitan (ba’ats) setelah mati, yang sebelumnya menjadi perdebatan di antara mereka.
- Perdebatan Jumlah: Ayat 22 membahas perbedaan pendapat di antara orang-orang tentang jumlah pemuda. Allah menyatakan bahwa hanya sedikit yang mengetahui jumlah pasti mereka, menekankan bahwa jumlah bukanlah inti cerita, melainkan hikmah di baliknya.
4. Penutup Kisah: Ilmu Hanya Milik Allah (Ayat 23-26)
Ayat-ayat penutup ini memberikan pelajaran metodologis yang sangat penting bagi umat Islam.
A. Pentingnya Istitsna (Ayat 23-24)
Allah memerintahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu menyertakan “Insya Allah” (jika Allah menghendaki) ketika berjanji melakukan sesuatu di masa depan, sebagai pengakuan bahwa segala urusan berada di bawah kehendak Allah. Ayat ini diturunkan karena Nabi pernah lupa mengucapkan Insya Allah saat menjawab pertanyaan kaum Quraisy mengenai Ashabul Kahfi.
B. Klarifikasi Durasi (Ayat 25-26)
Allah mengakhiri kisah ini dengan mengumumkan durasi tidur mereka yang sesungguhnya: 300 tahun ditambah 9 tahun (tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun).
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ
Katakanlah (Muhammad), “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di sana).” (QS. Al-Kahfi: 26)
Penutup ini sekali lagi menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki ilmu yang sempurna mengenai segala sesuatu yang gaib.
Hikmah Abadi
Kisah Ashabul Kahfi dalam Surah Al-Kahfi ayat 9-26 mengajarkan kita bahwa:
- Iman adalah Harta Termahal: Lindungi akidah Anda dari lingkungan yang buruk, bahkan jika harus mengasingkan diri.
- Kekuasaan Allah Tak Terbatas: Allah mampu membolak-balikkan hukum alam untuk melindungi hamba-Nya yang taat.
- Surah Pelindung Fitnah Dajjal: Mempelajari Surah Al-Kahfi menjadi benteng dari empat fitnah besar (harta, ilmu, kekuasaan, dan agama), yang puncaknya adalah fitnah Dajjal.
