
Jejak Sejarah yang Penuh Iman dan Keteguhan
Dalam setiap pelaksanaan haji dan umrah, ada satu amalan yang mengingatkan kita pada perjuangan luar biasa seorang ibu Sa’i, yaitu berlari kecil antara dua bukit, Shafa dan Marwah. Gerakan ini mungkin tampak sederhana, tetapi di baliknya tersimpan kisah ketulusan, cinta, dan keimanan yang tak tergoyahkan.
Asal mula Sa’i berakar pada kisah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan Hajar dan bayi kecilnya, Ismail, di lembah gersang Makkah, Hajar menerima perintah itu dengan penuh keikhlasan. Ia tahu, Allah tidak akan menelantarkan mereka.
Namun, ketika bekal air habis dan tangisan Ismail makin lemah karena haus, Hajar pun berlari antara dua bukit dari Shafa ke Marwah, lalu kembali sebanyak tujuh kali. Ia mencari air, berharap pertolongan dari Allah SWT. Dalam kegelisahan itu, doanya dijawab. Dari bawah kaki Ismail, muncullah air Zamzam, sumber kehidupan yang tak pernah kering hingga hari ini.
Landasan Syariat: Bukit yang Ditetapkan Allah sebagai Syiar-Nya
Kisah Hajar bukan sekadar sejarah, tapi juga menjadi bagian dari syariat haji dan umrah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang berhaji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya untuk melakukan Sa’i antara keduanya.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 158)
Ayat ini menjelaskan bahwa Sa’i adalah bentuk ibadah yang diperintahkan Allah, bukan tradisi manusia. Setiap langkah jamaah di antara Shafa dan Marwah adalah bentuk ketaatan dan pengingat bahwa pertolongan Allah datang kepada mereka yang bersungguh-sungguh berusaha dan bertawakal.
Mengapa Kita Berlari di Antara Dua Bukit Itu?
Pertanyaan ini sering muncul dalam benak jamaah: mengapa kita harus berlari kecil di antara Shafa dan Marwah?
Jawabannya bukan semata-mata karena tuntunan ritual, tetapi karena ada makna spiritual yang mendalam di baliknya.
Saat kita berlari di antara dua bukit itu, kita sedang meneladani perjuangan Siti Hajar yang berlari penuh harap kepada Allah. Itu bukan lari karena putus asa, melainkan lari dengan iman yang hidup lari yang menyimbolkan usaha manusia mencari rahmat Allah di tengah keterbatasan.
Berlari di Shafa dan Marwah juga menggambarkan perjalanan hidup manusia. Kadang kita berada di posisi “Shafa”, tempat kita memulai dengan harapan dan doa. Kadang kita sampai di “Marwah”, di mana kita diuji dengan kesabaran dan keteguhan hati. Tapi selama kita terus berlari berusaha dan bertawakal pertolongan Allah pasti datang, sebagaimana Zamzam muncul bagi Hajar dan Ismail.
Hikmah di Balik Sa’i
Setiap langkah Sa’i mengandung pelajaran besar bagi umat Islam:
- Usaha adalah wujud iman. Siti Hajar tidak menunggu mukjizat, ia berusaha dengan keyakinan penuh kepada Allah.
- Tawakal tidak berarti diam. Tawakal yang benar adalah bekerja keras, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
- Kesabaran menghasilkan keajaiban. Air Zamzam muncul bukan setelah satu kali lari, tetapi setelah tujuh kali. Ini mengajarkan kita bahwa rahmat Allah datang pada waktu terbaik.
- Peran perempuan dalam sejarah iman. Ibadah Sa’i menjadi bentuk penghormatan Allah terhadap perjuangan seorang ibu — simbol kekuatan, cinta, dan keyakinan.
Makna Spiritual Sa’i Bagi Kehidupan Kita
Sa’i bukan sekadar ritual tahunan di Tanah Suci. Ia adalah cermin kehidupan: tentang bagaimana manusia harus berjuang dalam keterbatasan, tanpa kehilangan harapan.
Ketika kita berlari di Shafa dan Marwah, sejatinya kita sedang mengatakan kepada diri sendiri:
“Aku tidak akan berhenti berusaha. Aku percaya pertolongan Allah pasti datang.”
Rasulullah SAW bersabda:
“Semoga Allah merahmati ibu Ismail. Seandainya ia tidak menahan air Zamzam, niscaya Zamzam akan menjadi sungai yang mengalir di permukaan bumi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan bahwa setiap langkah yang disertai keikhlasan akan membawa berkah yang abadi. Sa’i mengajarkan kita untuk melangkah dengan hati yang yakin, karena Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya.
Sa’i, Simbol Perjalanan Menuju Pertolongan Allah
Berlari dari Shafa ke Marwah bukan sekadar menapak jejak sejarah. Itu adalah perjalanan spiritual untuk menghidupkan kembali nilai-nilai iman: usaha, sabar, tawakal, dan cinta kepada Allah.
Seperti Siti Hajar yang berlari di tengah panasnya padang pasir, kita pun berlari dalam kehidupan menempuh ujian, mencari rezeki, berharap ampunan, dan mengejar ridha-Nya.
Maka setiap kali kita berlari di antara dua bukit itu, ingatlah:
kita sedang menapaki jalan cinta dan keyakinan seorang hamba kepada Tuhannya
