
Bakti kepada Orang Tua
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akhlak dan cinta kasih terhadap kedua orang tua. Allah tidak hanya memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya, tetapi dalam banyak ayat, perintah berbakti kepada orang tua disebutkan berdampingan dengan larangan menyekutukan-Nya. Itu menandakan betapa tinggi kedudukan orang tua dalam pandangan syariat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.”
Bakti bukan hanya dalam ucapan, tetapi pembuktian dalam tindakan nyata. Di antara kisah yang menggambarkan kasih dalam perbuatan adalah teladan birrul walidain dari seorang sahabat mulia: Salman Al-Farisi.
Salman Al-Farisi dan Perjalanan Panjang Mencari Kebenaran
Sebelum dikenal sebagai sahabat Nabi ﷺ, Salman bukanlah seorang Arab. Ia berasal dari Persia, keluarga yang terpandang. Namun, ketika hatinya merasakan cahaya kebenaran, ia meninggalkan negeri, kedudukan, dan kenyamanannya demi mencari agama yang lurus.
Namun perjalanan spiritualnya tidak menghapus rasa sayangnya pada ibunya. Baginya, iman tidak membuatnya menjauh dari orang tua, tetapi justru semakin mendekat dengan penuh hormat dan pengorbanan.
Inilah nilai besar yang terkadang terbalik di zaman sekarang: ada yang rajin ibadah, tetapi kasar kepada orang tua; ada yang pandai bicara agama, tetapi meninggikan suara kepada ibunya. Padahal sahabat Nabi menunjukkan teladan sebaliknya.
Kisah Salman Menggendong Ibunya Menuju Baitullah
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika ibunya ingin menunaikan ibadah haji, Salman tidak membiarkannya sendirian. Ia menggendong ibunya dalam perjalanan. Bukan perjalanan singkat atau ringan. Ini bukan tentang jarak, tetapi tentang bukti cinta yang diwujudkan dalam tindakan dan kesanggupan.
Bayangkan, pasir, panas, perjalanan padang pasir, peluh yang menetes, langkah demi langkah menyusuri tanah tandus hanya untuk memastikan ibunya dapat memenuhi panggilan Allah di Baitullah. Jika hari ini bepergian dengan pesawat, hotel nyaman, kursi dorong modern, dan tenaga medis, tetap terasa melelahkan, bagaimana dengan kondisi di masa itu?
Kisah ini mengajarkan bahwa birrul walidain bukanlah teori, tetapi pengorbanan tanpa menghitung keuntungan.
Makna Birrul Walidain bagi Kita yang Hidup di Era Modern
Di era digital saat ini, berbakti kepada orang tua bukan berarti harus melakukan hal yang heroik seperti menempuh padang pasir. Kadang yang mereka butuhkan hanyalah:
- Menjawab panggilan dengan suara lembut
- Senyum yang tulus ketika pulang
- Mendengarkan keluhnya tanpa tergesa
- Menemani ketika sakit dan lemah
- Memberi nafkah tanpa menunggu diminta
- Mendoakan mereka setiap malam
Tidak semua orang diberi kesempatan untuk menggendong ibunya berhaji. Bahkan tidak semua diberi kesempatan berkata maaf ketika semuanya sudah terlambat. Selama masih hidup, maka setiap hari adalah kesempatan memperbaiki bakti.
Bekal Haji Adalah Akhlak kepada Ibu dan Ayah
Salman Al-Farisi mengajarkan bahwa haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati yang dipenuhi cinta dan kerendahan. Ibadah yang besar tidak akan sempurna tanpa akhlak yang mulia kepada orang tua.
Bagi yang masih memiliki ibu dan ayah, berbahagialah. Surga masih berada dekat, kadang dalam genggaman, kadang sedang duduk menunggu kita untuk menemaninya berbicara.
Bagi yang orang tuanya telah tiada, pintu bakti tidak tertutup. Doa, sedekah atas nama mereka, dan amal salih yang pahalanya dihadiahkan, akan menjadi bentuk cinta yang diterima di sisi Allah.
Semoga kita dapat meneladani ketulusan Salman menggendong beban bukan sebagai beban, tetapi sebagai bentuk cinta yang ingin dibalas dengan rida Allah.
