
Setiap tahun, saat Hari Raya Idul Adha tiba, jutaan umat Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah kurban, menyembelih hewan ternak sebagai simbol ketundukan total kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Namun, tahukah Anda, ibadah mulia ini berakar dari sebuah kisah agung yang menguji batas tertinggi keimanan dan kepatuhan seorang hamba? Kisah itu adalah pengorbanan Nabi Ibrahim dan kesabaran Nabi Ismail a.s.
Artikel ini akan mengupas tuntas kisah epik tersebut, mengambil rujukan langsung dari Al-Qur’an, dan menjelaskan korelasi mendalamnya dengan perintah kita untuk berkurban hari ini.
1. Mimpi yang Mengguncang
Kisah ini bermula ketika Nabi Ibrahim a.s. telah lama mendambakan keturunan. Setelah penantian panjang, Allah mengaruniakan seorang putra yang sangat ia cintai, yaitu Ismail a.s. Namun, di saat cinta kasih itu sedang memuncak, datanglah ujian terbesar.
Nabi Ibrahim a.s. menerima wahyu melalui mimpi yang diulang-ulang. Dalam ajaran Islam, mimpi para Nabi adalah kebenaran (wahyu). Mimpi itu berisi perintah untuk menyembelih putra kesayangannya sendiri, Ismail.
Perintah ini direkam jelas dalam Al-Qur’an, Surah As-Saffat
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama dengan dia, (Ibrahim) berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia (Ismail) menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'” (QS. As-Saffat [37]: 102)
2. Puncak Kepatuhan dan Keikhlasan (Ibrahim dan Ismail)
Respon Nabi Ismail a.s. adalah puncak keikhlasan seorang anak. Ia tidak membantah, bahkan meminta ayahnya melaksanakan perintah Allah. Inilah pelajaran utama dalam kisah ini: Kepatuhan kepada perintah Allah harus diletakkan di atas segala-galanya, termasuk cinta kepada keluarga.
- Ujian Bagi Ibrahim: Apakah ia lebih mencintai putra yang lama dinanti ataukah perintah Tuhannya?
- Ujian Bagi Ismail: Apakah ia lebih mencintai nyawa duniawinya ataukah ketaatan abadi kepada Tuhannya?
Ketika keduanya telah menunjukkan ketundukan total dan siap melaksanakan perintah itu di tempat penyembelihan, di sinilah keajaiban dan rahmat Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى diturunkan.
3. Penebusan dari Langit
Tepat sebelum pisau Nabi Ibrahim a.s. menyentuh leher putranya, Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memanggilnya.
وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ۚ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ۚ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Lalu Kami panggil dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Saffat [37]: 104-107)
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menggantikan Nabi Ismail a.s. dengan domba (atau kambing/sapi) yang besar dan istimewa. Penyembelihan Nabi Ismail a.s. sejak awal memang bukan tujuan akhir, melainkan hanyalah alat ujian untuk mengukur kualitas iman dan kepasrahan keluarga Nabi Ibrahim a.s.
4. Relevansi dengan Ibadah Kurban Hari Ini
Kisah agung ini menjadi dasar syariat ibadah kurban (Udhiyyah) yang kita laksanakan pada 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
A. Simbol Keikhlasan (Ruh Kurban)
Berkurban adalah meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim a.s. Bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan melepaskan rasa cinta terhadap harta benda dan menunjukkannya sebagai bukti kepatuhan.
Hadis yang Mendorong Kurban: Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari Nahr (Idul Adha) kecuali mengalirkan darah (menyembelih kurban). Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari Kiamat dengan tanduk, bulu, dan kuku-kukunya. Dan sungguh, darah itu akan sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka, bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Tirmidzi)
B. Distribusi Kebaikan (Hikmah Sosial)
Daging kurban didistribusikan kepada fakir miskin, tetangga, dan keluarga. Ini adalah bentuk syukur atas rezeki yang diberikan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan wujud nyata kepedulian sosial, memastikan bahwa kebahagiaan Idul Adha dapat dirasakan semua lapisan masyarakat.
C. Pengingat Akan Ujian
Ibadah kurban adalah pengingat bahwa setiap harta, kedudukan, atau bahkan orang yang kita cintai di dunia, adalah titipan dan bisa menjadi ujian. Inti dari kurban adalah kesiapan kita untuk “menyembelih” hawa nafsu dan kecintaan duniawi demi meraih rida Ilahi.
Maksimalkan Ibadah Kurban Anda
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s. mengajarkan bahwa pengorbanan terhebat akan selalu dibalas dengan anugerah terbesar dari Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Mari jadikan ibadah kurban tahun ini sebagai momen untuk menguji seberapa besar keikhlasan kita.
Kalau kamu ingin lebih tahu detail fikih kurban, tata cara penyembelihan yang sesuai sunnah, dan pembagian daging yang benar, maka kunjungi website Jelajah Bumi International sekarang untuk memastikan ibadah Anda sempurna!
