Sejarah dan Makna 7 Putaran Tawaf yang Abadi

7 Putaran  thawaf

Gerakan Abadi di Jantung Dunia

Tawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, adalah ritual sentral dalam ibadah haji dan umrah. Gerakan ini bukan sekadar putaran fisik, melainkan sebuah aksi spiritual yang sarat makna, mencerminkan kepatuhan mutlak hamba kepada Khaliknya. Pertanyaannya adalah, mengapa harus tujuh putaran?

Tujuh putaran (syawt) Tawaf memiliki dimensi sejarah yang dalam dan makna filosofis yang abadi, mengajarkan esensi tauhid dan perjalanan spiritual yang tiada henti menuju kesempurnaan.

1. Sejarah Tawaf: Jejak Para Nabi dan Malaikat

Sejarah Tawaf tidak dimulai dari Nabi Muhammad ﷺ, melainkan jauh sebelumnya, menjadikannya praktik ibadah yang paling purba di muka bumi.

A. Tawaf Para Malaikat

Menurut riwayat Islam, di langit, terdapat Baitul Ma’mur, yaitu Ka’bah di alam malaikat, yang selalu dikelilingi oleh para malaikat. Tawaf di Ka’bah di bumi ini merupakan representasi spiritual dari pergerakan kosmik tersebut. Ini menyiratkan bahwa Tawaf adalah ibadah alam semesta; manusia yang bertawaf sedang menyelaraskan diri dengan gerakan ibadah para malaikat dan benda langit.

B. Tawaf Nabi Adam dan Ibrahim

Tawaf pertama kali dilakukan oleh Nabi Adam alaihis salam setelah pembangunan Ka’bah pertama kali, sebagai bentuk syukur dan ketaatan. Kemudian, praktik Tawaf ditegakkan dan disempurnakan kembali oleh Nabi Ibrahim alaihis salam dan putranya, Nabi Ismail alaihis salam, saat mereka membangun kembali fondasi Ka’bah atas perintah Allah SWT.

Praktik Tawaf ini sempat terdistorsi pada masa Jahiliyah dengan adanya penyembahan berhala. Namun, Rasulullah ﷺ mengembalikannya ke bentuk aslinya, yaitu ibadah murni yang hanya ditujukan kepada Allah SWT, menjadikannya rukun yang tak terpisahkan dari haji dan umrah.

2. Makna Filosofis Angka Tujuh (7)

Angka tujuh memiliki kedudukan istimewa, tidak hanya dalam syariat Islam tetapi juga dalam kosmos dan sejarah nabi-nabi. Angka ini sering melambangkan kesempurnaan atau tahapan lengkap.

  • Tujuh Langit: Allah menciptakan tujuh lapis langit.
  • Tujuh Hari: Tujuh hari dalam seminggu.
  • Tujuh Sai: Perjalanan Sai dilakukan tujuh kali.
  • Tujuh Lontaran: Jumlah kerikil yang dilontar di Jamarat pada setiap tiang adalah tujuh.

Dalam konteks Tawaf, tujuh putaran melambangkan tujuh tingkatan yang harus dilalui seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, dari meninggalkan dosa hingga mencapai puncak ketaatan.

3. Makna Mendalam di Setiap Putaran Tawaf

Setiap putaran Tawaf (syawt) mengandung makna spiritual spesifik, yang harus dihayati oleh jamaah:

Syawt 1: Meninggalkan Kesalahan

Putaran pertama adalah simbol membersihkan diri dari segala dosa dan kejahatan. Niat utama adalah melepaskan diri dari hawa nafsu dan kesenangan duniawi yang menghalangi ketaatan.

Syawt 2: Meninggalkan Kejahatan

Simbol melepaskan diri dari pengaruh buruk dan lingkungan yang mendorong pada kemaksiatan. Fokus pada upaya perbaikan diri dan menjauhi pergaulan yang merugikan agama.

Syawt 3: Pengakuan Ketidakmampuan

Pengakuan total bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah SWT. Hamba menyerahkan segala urusan kepada Sang Pencipta.

Syawt 4: Pengakuan Kebutuhan pada Allah

Pernyataan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya tempat bergantung dan memohon pertolongan. Ini adalah wujud ketauhidan murni.

Syawt 5: Memperbarui Tekad

Tekad kuat untuk menjalani sisa hidup dengan mengikuti jalan kebenaran (sirat al-mustaqim) yang telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Syawt 6: Menghindari Musuh

Mengambil jarak dari godaan setan dan segala bentuk fitnah yang merusak iman. Putaran ini adalah pertahanan diri spiritual.

Syawt 7: Puncak Kesempurnaan dan Penerimaan

Putaran terakhir melambangkan puncak pencapaian spiritual dan harapan agar ibadah Tawaf diterima oleh Allah SWT. Ini adalah momen penyerahan diri total dan kepasrahan (taslim).

4. Tawaf Adalah Shalat

Tawaf memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tawaf di sekeliling Ka’bah adalah shalat, hanya saja Allah membolehkan padanya berbicara.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).

Pernyataan ini menegaskan bahwa Tawaf harus dilakukan dengan khusyuk, penuh penghormatan, dan sesuai dengan aturan, sebagaimana seorang hamba melaksanakan shalat wajib. Melakukan Tawaf adalah manifestasi tertinggi dari pergerakan fisik yang diubah menjadi ibadah yang setara dengan shalat.

Perjalanan yang Abadi

Tujuh putaran Tawaf adalah perjalanan abadi yang menghubungkan umat manusia dengan sejarah para nabi dan gerakan kosmik para malaikat. Setiap langkah dan putaran harus dihayati sebagai tahapan pembersihan dosa, penegasan tauhid, dan penyelarasan diri dengan kehendak Ilahi.

Dengan memahami Sejarah dan Makna 7 Putaran Tawaf yang Abadi, setiap jamaah diharapkan dapat melaksanakan Tawaf bukan sekadar ritual fisik, melainkan pengalaman spiritual yang mendalam, membawa mereka dari keadaan penuh kekurangan menuju kesucian dan kepasrahan total kepada Allah SWT.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *