70 Cabang Iman Dari Syahadat Hingga Akhlak Mulia

70 Cabang Iman

Mengapa Iman Bukan Sekadar Ucapan?

Ketika kita mengucapkan dua kalimat syahadat, kita telah meletakkan fondasi keislaman. Namun, apakah iman (keyakinan) hanya berhenti pada pengakuan lisan? Dalam Islam, iman adalah sebuah pohon besar yang memiliki akar, batang, dan ranting. Kekuatan dan kesuburannya dinilai dari seberapa banyak ranting ini berbuah dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut sabda Rasulullah ﷺ, iman memiliki puluhan cabang. Inilah konsep “70 Cabang Iman” (atau lebih dari 60 hingga 70 cabang), sebuah spektrum komprehensif yang menghubungkan keyakinan hati (iman), ucapan lisan (ikrar), dan perbuatan anggota tubuh (amal).

Hadis Shahih Mengenai Cabang Iman

Konsep 70 Cabang Iman bersumber dari Hadis Nabi Muhammad ﷺ yang sangat fundamental:

“Iman itu ada tujuh puluh lebih cabangnya. Yang paling utama adalah ucapan ‘Lā ilāha illallāh’ (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan (duri atau batu) dari jalan. Dan rasa malu (al-hayā’) adalah salah satu cabang iman.” (HR. Muslim)

Hadis ini adalah rujukan utama (Ashlu atau Ushul) yang menjadi landasan bagi para ulama untuk menyusun kerangka cabang-cabang iman.

Cabang Paling Utama (Fondasi): Syahadat

Cabang yang paling utama adalah keyakinan dan pengakuan yang diucapkan melalui Syahadat, yaitu:

1. Cabang Paling Tinggi: Keyakinan Hati (Iman kepada Allah)

Ucapan Lā ilāha illallāh adalah intisari dari Tauhid. Cabang ini tidak hanya sekadar pengucapan, tetapi mencakup seluruh keyakinan rukun iman:

  • Iman kepada Allah: Termasuk mengesakan-Nya (Tauhid), meyakini nama dan sifat-Nya (Asmaul Husna), dan takut hanya kepada-Nya.
  • Iman kepada Malaikat: Meyakini keberadaan dan tugas mereka.
  • Iman kepada Kitab Suci: Meyakini kebenaran Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya.
  • Iman kepada Rasul: Meyakini kerasulan Muhammad ﷺ dan nabi-nabi terdahulu.
  • Iman kepada Hari Akhir: Meyakini adanya kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.
  • Iman kepada Qada dan Qadar: Meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas ketetapan Allah.

Rujukan Al-Qur’an: Allah berfirman, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (QS. Al-Baqarah: 177).

Cabang-cabang Tengah

Cabang-cabang ini mencakup semua Rukun Islam lainnya, yang merupakan perwujudan amal dari keyakinan hati. Inilah batang utama pohon iman.

2. Cabang yang Berhubungan dengan Badan

  • Shalat: Melaksanakan shalat wajib dan sunah.
  • Puasa: Menunaikan puasa Ramadhan dan puasa sunah.
  • Zakat: Menunaikan kewajiban harta bagi yang mampu.
  • Haji: Melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi yang sanggup.
  • Jihad: Berjuang di jalan Allah, termasuk jihad melawan hawa nafsu.
  • Menuntut Ilmu: Mencari dan mengamalkan ilmu syar’i.

3. Cabang yang Berhubungan dengan Harta

  • Menjaga Harta: Mencari rezeki yang halal dan menjauhi yang haram.
  • Qana’ah: Merasa cukup dan puas dengan rezeki yang dimiliki.

Cabang Paling Rendah : Akhlak dan Adab

Jika cabang pertama berfokus pada hubungan manusia dengan Penciptanya (Hablum Minallah), maka cabang yang paling rendah berfokus pada hubungan manusia dengan sesamanya dan lingkungan (Hablum Minannas).

4. Cabang Paling Rendah: Akhlak Mulia dalam Tindakan

“Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan (duri atau batu) dari jalan.” (Hadis Riwayat Muslim)

Cabang terakhir ini mengajarkan sebuah prinsip fundamental: Iman harus diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang memberi manfaat bagi orang lain.

  • Memberi Jalan/Memindahkan Duri: Ini adalah lambang dari Ihsan (berbuat baik) dan etika sosial. Meskipun tampak sepele, tindakan ini menunjukkan bahwa hati seorang mukmin tidak membiarkan kesulitan menimpa sesamanya.
  • Rasa Malu (Al-Hayā’): Rasulullah ﷺ secara khusus menyebutkan, “Dan rasa malu (al-hayā’) adalah salah satu cabang iman.” Rasa malu adalah kontrol diri yang mencegah seseorang berbuat maksiat atau meninggalkan kewajiban.

5. Cabang Lain yang Bersifat Moral

  • Sabar dan Syukur: Bersabar dalam musibah dan bersyukur atas nikmat.
  • Jujur (Shiddiq): Berkata dan bertindak sesuai kebenaran.
  • Menepati Janji: Memenuhi setiap ikatan atau kesepakatan.
  • Cinta dan Benci karena Allah: Mencintai kebaikan dan membenci kemungkaran.

Ijma’ dan Qiyas

Para ulama, seperti Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman (Cabang-cabang Iman), tidak hanya bergantung pada Qur’an dan Hadis saja, tetapi menggunakan Ijma’ (konsensus ulama) dan Qiyas (analogi) untuk mengelompokkan cabang-cabang ini.

  1. Ijma’: Semua ulama sepakat bahwa Rukun Iman dan Rukun Islam adalah cabang-cabang inti dari keimanan.
  2. Qiyas: Ulama melakukan analogi (Qiyas) dari hadis. Misalnya, jika menyingkirkan duri adalah cabang iman, maka segala tindakan proaktif yang memberi manfaat atau mencegah bahaya bagi publik seperti menjaga kebersihan lingkungan, membantu tetangga, atau berkata baik diqiyaskan memiliki nilai yang sama sebagai cabang-cabang iman.

Integrasi Iman dan Amal

Konsep 70 Cabang Iman mengajarkan kita bahwa keimanan bukanlah keyakinan yang pasif, melainkan sebuah program kehidupan aktif yang mengintegrasikan akidah, ibadah, dan akhlak. Ia dimulai dari pengakuan tertinggi kepada Allah (Syahadat) dan berlanjut hingga ke etika sosial paling sederhana (Memindahkan Duri).

Seorang mukmin sejati adalah mereka yang berhasil menyirami dan memelihara seluruh cabang pohon imannya, baik yang bersifat Hablum Minallah maupun Hablum Minannas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *